Hubungan antara Jumlah Uang Beredar dengan Output, Price Level, dan Suku Bunga


Dalam tulisan saya kali ini, saya akan menjelaskan bagaimana hubungan antara jumlah uang beredar dengan output, price level, dan suku bunga dengan data mulai dari tahun 2011-2015. 
Pertama-tama, saya akan menjelaskan pengertian dari uang beredaroutput (GDP)price level (inflasi) dan suku bunga.

Uang Beredar
Uang Beredar adalah kewajiban sistem moneter (Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat/BPR) terhadap sektor swasta domestik (tidak termasuk pemerintah pusat dan bukan penduduk). Kewajiban yang menjadi komponen Uang Beredar terdiri dari uang kartal yang dipegang masyarakat (di luar Bank Umum dan BPR), uang giral, uang kuasi yang dimiliki oleh sektor swasta domestik, dan surat berharga selain saham yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
 
Uang Beredar dapat didefinisikan dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). M1 meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro berdenominasi Rupiah), sedangkan M2 meliputi M1, uang kuasi (mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta giro dalam valuta asing), dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun. 

Faktor yang mempengaruhi Uang Beredar adalah Aktiva Luar Negeri Bersih (Net Foreign Assets / NFA) dan Aktiva Dalam Negeri Bersih (Net Domestic Assets / NDA). Aktiva Dalam Negeri Bersih antara lain terdiri dari Tagihan Bersih Kepada Pemerintah Pusat (Net Claims on Central Government / NCG) dan Tagihan kepada sektor lainnya (sektor swasta, pemeritah daerah, lembaga keuangan dan perusahaan bukan keuangan) terutama dalam bentuk Pinjaman yang diberikan. 

Uang Beredar disusun dengan mengacu pada Monetary and Financial Statistics Manual (MFSM) 2000 dan Compilation Guide (2008).

Output (GDP)
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa dalam periode tertentu. PDB ini dapat mencerminkan kinerja ekonomi, sehingga semakin tinggi PDB sebuah negara dapat dikatakan semakin bagus pula kinerja ekonomi di negara tersebut. Karena begitu pentingnya peran PDB di dalam suatu perekonomian, maka perlu kiranya untuk menganalisa faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi Produk Domestik Bruto.
Faktor baik langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi PDB menurut teori Keynes, PDB terbentuk dari empat faktor yang secara positif mempengaruhinya, keempat faktor tersebut adalah konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G) dan ekspor neto (NX).

Price Level (Inflasi)
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Penentuan barang dan jasa dalam keranjang IHK dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.

Suku Bunga
Suku Bunga adalah harga yang harus dibayar oleh bank dan atau nasabah sebagai balas jasa atas transaksi antara bank dan nasabah. Harga menurut ahli, Reichenbach (1986) adalah sejumlah uang yang diterima oleh penjual untuk barang atau jasa di tempat produksi atau di dalam aktivitas usaha. Harga bukanlah apa yang diterima oleh penjual, akan tetap merupakan apa yang benar-benar diterimanya.
Dalam perbankan, terdapat dua harga yang selalu ada dalam praktik perbankan yaitu harga beli dan jual.  Apabila bank membeli dana dari nasabah, maka bank akan membayar sejumlah harga tertentu kepada nasabah, Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa bank akan membeli dana dari nasabah dengan harga beli tertentu yang disebut dengan bunga simpanan. Di sisi lain belum juga akan menjual dana kepada nasabah yang membutuhkan dana dengan harga jual tertentu yang diperjanjikan. Perbedaan harga jual dan beli yang diaplikasikan dengan adanya perbedaan bunga kredit dan simpanan disebut dengan spread. 

Hubungan antara Jumlah Uang Beredar dengan Output, Price Level, dan Suku Bunga
1. Hubungan antara jumlah uang beredar dengan output (GDP)

Dari grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin banyaknya output yang dihasilkan, maka uang yang beredar-pun juga akan mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan masyarakat akan membelanjakan uangnya untuk mendapatkan output yang tersedia. Jika produk yang dihasilkan sedikit, maka jumlah uang yang beredar juga akan berkurang.

2. Hubungan antara jumlah uang beredar dengan inflasi

Menurut teori dari David Ricardo, jumlah atau kuantitas uang yang beredar akan berpengaruh pada tingkat harga. Jika jumlah uang beredar meningkat, maka harga barang dan jasa akan naik pula. Dan jika jumlah uang beredar berkurang, maka harga barang dan jasa akan turun. Di tahun 2015, tingkat inflasinya rendah karena pemerintah berhasil mengendalikan perekonomian di Indonesia dengan perbaikan stabilitas harga barang dan jasa. Sehingga walaupun jumlah uang yang beredar di tahun 2015 banyak, inflasinya tidak meningkat.

3. Hubungan antara jumlah uang beredar dengan suku bunga

Dari grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa jika suku bunga rendah, maka jumlah uang yang beredar akan meningkat, dan jika suku bunga tinggi, maka jumlah uang yang beredar akan berkurang. hal ini dikarenakan masyarakat akan menyimpan uang mereka saat suku bunga sedang tinggi untuk alasan tertentu seperti deposito. Dan jika suku bunga sedang rendah, maka masyarakat cenderung membelanjakan uangnya untuk investasi, seperti properti, logam mulia, dll.






Sumber: 
https://www.bi.go.id
http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/economic-indicators/gross-domestic-product
https://bolasalju.com/artikel/inflasi-indonesia-10-tahun/
https://www.antaranews.com/berita/538142/bps-inflasi-2015-terendah-lima-tahun-terakhir

Comments